
2 Pilar Kehidupan Seorang Mukmin
Dalam
menjalani kehidupan ini, terkadang kita diuji dengan kesenangan dan terkadang
kita diuji dengan kesusahan, susah senang sudah merupakan sunnatullah ketetapan
yang Allah tetapkan bagi Hamba-Nya, Allah berfirman
وَنَبْلُوكُمْ
بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya (QS. al-Anbiya : 35)
Imam Ibnu Katsir berkata tentang
firman Allah “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai
cobaan“, yaitu Kami akan menguji kamu kadang-kadang dengan musibah-musibah
dan kadang-kadang dengan kenikmatan-kenikmatan, sehingga Allah akan melihat siapa
yang bersyukur dan siapa yang kufur, siapa yang bersabar dan siapa yang
berputus asa.(Tafsir Ibnu Katsir, QS. al-Anbiya’ : 35).
Allah menguji dengan musibah dan
kenikmatan untuk melihat sejauh mana kualitas keimanan seorang hamba, apakah
dia mampu menjadi orang yang bersyukur dan bersabar. Bersyukur ketika mendapat kesenangan dan
bersabar ketika mendapat kesusahan.
Ibnul Qayyim
-Rahimahullah- menyebutkan bahwa banyak para salaf yang mengatakan bahwa sabar
dan syukur itu bagian dari iman, Abdullah bin Mas’ud
berkata:
الإيمان نصفان نصف
صبر ونصف شكر
“Iman itu terbagi menjadi 2 bagian;
sebagiannya adalah sabar dan sebagian lainnya adalah syukur” ( Uddatush Shaabiriin
Wa Dzakhiratus Syaakirin, karya Ibnul Qayyim hal. 88)
Sabar dan Syukur, kedua sifat inilah
yang merupakan penyempurna keimanan seorang hamba, dan keduanya saling
berkaitan
Ibnu Hajar menyebutkan
الشكر يتضمن الصبر على الطاعة،والصبر عن
المعصية،وقال بعض الأئمة: الصبر يستلزم الشكر ولا يتم إلا به،وبالعكس فمتى ذهب
أحدهما ذهب الآخر.فمن كان في نعمة ففرضه الشكر والصبر .أما الشكر فواضح وأما الصبر
فعن المعصية، ومن كان في بلية ففرضه الصبر والشكر ، أما الصبر فواضح وأما الشكر
فالقيام بحق الله في تلك البلية ،فإن لله على العبد عبودية في البلاء كما له عليه
عبودية في النعماء.
"Syukur terkandung di dalamnya
sabar untuk taat kepada Allah, dan sabar menahan dari kemaksiatan. Sebagian
ulama menyatakan: 'Kesabaran menuntut rasa syukur, dan tidak sempurna tanpanya.
Sebaliknya bila salah satu dari keduanya hilang, maka hilang semuanya.
Siapa yang berada dalam kenikmatan,
maka kewajibannya adalah syukur dan sabar. Kalau syukur itu sudah jelas. Dan
kalau sabar, maka sabar menghindari kemaksiatan.
Siapa yang terkena musibah bencana, maka kewajibannya adalah sabar dan syukur. Kalau sabar itu sudah jelas. Dan kalau syukur, maka pada pelaksanaan hak Allah dalam bencana musibah tersebut. Karena Allah memiliki hak atas hamba-Nya untuk beribadah dalam keadaan terkena musibah dan bencana tersebut, sebagaimana wajib bagi seorang hamba beribadah dalam keadaan penuh kenikmatan." (Fathul Baari 11/305)
Dalam
Al-Qur’an dan Hadits, sabar dan syukur disebutkan secara beriringan,
sebagaimana dalam Firman Allah :
إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ
لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kemehakuasaan Allah) bagi setiap orang yang sangat sabar dan banyak bersyukur” (QS Luqmaan: 31).
Dalam
hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Nabi ﷺ
bersabda :
عَجَبًا
لأَمْرِ المُؤْمِنِ، إنَّ أمْرَهُ
كُلَّهُ خَيْرٌ، وليسَ ذاكَ لأَحَدٍ إلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إنْ أصابَتْهُ سَرَّاءُ
شَكَرَ، فَكانَ خَيْرًا له، وإنْ أصابَتْهُ ضَرَّاءُ، صَبَرَ فَكانَ خَيْرًا لهُ
“Alangkah mengagumkan keadaan orang yang beriman, karena semua keadaannya
(membawa) kebaikan (untuk dirinya), dan ini hanya ada pada seorang mukmin; jika
dia mendapatkan kesenangan dia akan bersyukur, maka itu adalah kebaikan
baginya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia akan bersabar, maka itu
adalah kebaikan baginya” (HR. Muslim No. 2999)
Dua sifat inilah yang seharusnya
dimiliki seorang muslim, disaat senang dia bersyukur dan disaat susah dia bersabar,
karena bagaimanapun keadaannya, susah atau senang semuanya akan membawa
kebaikan untuknya. Subhnallah!
Semoga Allah menjadikan kita
hamba-hamba yang senantiasa bersabar dan bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.