Dalam Kenakalan Ada Sebuah Kecerdasan

Beranda
Artikel Pendidikan
Dalam Kenakalan Ada Sebuah Kecerdasan

Dalam Kenakalan Ada Sebuah Kecerdasan

Masa Anak-anak merupakan masa yang paling peka dan penting dalam kehidupannya. Pada saat itulah kepribadian dan karakter seorang individu terbentuk. Diusia awal tiga tahun pertama keterlibatan dan peranan orang tua sangat dibutuhkan, mengingat pada usia ini mulai terbentuk moral dan karakter sosial. Maka dari itu orang tua yang bijak akan segera sadar  serta bertanggung jawab untuk peduli terhadap pendidikan dan stimulus tumbuh kembang anaknya.

Terkadang sikap ketidak pedulian orang tua terhadap anak sering memunculkan berbagai masalah yang pelik dalam keluarga. Kemudian muncullah istilah anak nakal, Istilah ini sebenarnya muncul disebabkan oleh orang tua itu sendiri. Nah mengapa demikian? Pertanyaan yang selalu menganggu dipikiran kita karena keterbatasan dan ketidakmampuan orang tua dalam memahami sang buah hati. Akibat salah pemahaman ini muncullah kata lebel negative pada sang buah hati yakni “anak nakal”.


Menurut pendapat Pakar Perkembangan Anak dan Play Therapist, Dra. Mayke S. Tedjasaputra, M.Si, “Pada anak usia balita, istilah “nakal” sebenarnya tidak tepat. Sebab, anak-anak ini belum mampu berpikir panjang, tidak bisa diam, ingin tahu bermacam-macam hal yang kadang membahayakan, tidak bisa dilarang, tanpa tahu apa akibat yang bisa ditimbulkan. Sehingga, anak lalu sering dicap “nakal”. Sebenarnya kenakalan dalam diri anak merupakan tahapan yang harus dilewati dikarenakan  kenakalan pada anak menjadikannya lebih banyak mengalami, mampu merasakan kesedihan dan kegembiraan serta menjadikannya mengetahui apa yang harus dilakukan. (Miftahul Jinan)

Kurang sabar dan ketidakberdayaan orang tua dalam menghadapi permasalahan terutama identifikasi permasalahan anak serta menjadi penyebab utama anak menjadi nakal. Kenakalan anak seharusnya tidak menjadikan orang tua susah, selama kenakalan itu tidak membahayakan diri anak dan kenakalan yang wajar. Kenakalan ini biasanya disebut dengan kenakalan eksploratif. Kenakalan eksploratif adalah kenakalan yang berhubungan dengan proses seorang anak dalam menuangkan dan mengeksplorasi potensinya untuk mempelajari sesuatu. Biasanya kenakalan ini muncul dalam perilaku psikomotor anak (motorik halus dan motorik kasar).

Kenakalan semacam ini mampu memunculkan sebuah potensi banyak akal dalam diri anak. Dengan banyaknya akal yang dimiliki serta tidak terwadahi dengan baik, dan kurangnya komunikatif / hubungan baik antara orang tua dan anak maka timbul permasalahan yang kompleks diantaranya: corat coret tembok, menyobek buku dan kertas, merusak mainan, naik turun kursi, dan menyiksa binatang. Adapun yang dinamakan kenakalan semu ialah kenakalan yang memiliki wujud minta gendong, tidak mau berbagi, suka menggigit dan memukul, serta sikap egois. Sementara itu, kenakalan habitual berbentuk perkataan jorok, sikap suka membantah, kecanduan televisi, kesukaan merengek, dan kesukaan untuk jajan.


Dari pembagian di atas nampak bahwa tidak semua perilaku anak yang menjengkelkan hati dapat digolongkan sebagai kenakalan sehingga perlu ”dihentikan”. Perlu pengetahuan dan pemahaman yang cukup untuk memilah dan membedakan kenakalan agar solusi yang diadakan tepat dan justru tidak mematikan potensi anak. Bisa jadi apa yang disebut kenakalan hanyalah salah satu cara anak untuk belajar tentang suatu hal atau merupakan bentuk mengasah kecerdasan yang dimiliki. Kenakalan dapat pula menjadi ungkapan ”protes” mereka terhadap para guru dan orang tua. Karenanya dalam melihat ”kenakalan” anak, perlu pemikiran jernih apakah anak yang semakin nakal ataukah orang tua yang semakin tidak sabar. Misalkan, ada sebuah kejadian “seorang anak TK yang berusaha mau menangkap belalang di teras pembatas tembok sekolah lantai dua. Dengan sekuat tenaga ia gunakan akalnya untuk berpikir bagaimana caranya ia bisa mendapat binatang itu. Akhirnya tanpa sepengetahuan dan izin guru, ia naik tembok pembatas dan belum sampai turun ke bawah si anak ketahuan oleh gurunya. Ketika meilhat hal tersebut apakah kita langsung marah dan seketika melebeli anak tersebut dengan “anak nakal” atau kita berusaha berkomunikasi dan menanyakan tindakannya sekaligus meluruskan permasalahan dengan memberi penjelasan sikapnya yang membahayakan diri sendiri. Menghadapi anak-anak semacam ini, memberikan alasan yang masuk akal kenapa perilakunya tidak dibenarkan, kenapa keinginannya tidak bisa dipenuhi. Adapun kenakalan anak yang aktif geraknya orangtua perlu memberikan kesempatan pada anak menyalurkan energinya yang berlebih. (red/admin-hms)


Sumber : Buah hatiku (ikatan dokter anak beirut), anakku nakal (mifathul jinan), anak nakal atau banyak akal (eni martini), dan lainnya

2 Komentar

  • dewy 02 Feb 2017

    Menurut saya, tujuan keberadaan seorang anak adalah sebagai guru bagi saya untuk harus berubah semua watak, prilaku dan kebiasaan selama ini untuk bisa menjadi lebih baik (akhlakul qarimah), seperti lebih sabar tanpa ego dan amarah, lebih banyak ikhlas menerima daripada memaksakan seperti keinginan saya, dan ridlo menjadi pembantu anak tanpa keluhan dan pamrih. Dengan keyakinan besar, dengan seijin Allah anak akan melihat dan mencontoh akhlak kita, dengan syarat intensitas dan frekuensi “me time –saya” lebih banyak dengan bersama anak. Saya sangat setuju, tidak ada anak nakal, karena semua yang dilakukan anak adalah seijin Allah, dan yang dari Allah adalah yang terbaik.

  • honey 26 Okt 2016

    keunikan pada tiap diri anak memacu adrenali orang tua untuk memutar otak mencari solusi demi perkembangan dan kebaikan sang buah hati...jika salah bertindak maka
    keunikan pada diri seorang anak mampu mengasah adrenali kita sebagai orang tua memutar otak mencari solusi demi kebaikan sang buah hati. semoga semua orang tua dimudahkan dalam mendidik putra-putrinya. semangat!!!!






    LPI Sari Bumi Sidoarjo 27 Okt 2016

    aamiin....

Tinggalkan Komentar Disini


Copyright 2015-2024 © LPI Sari Bumi Sidoarjo. Developed by AZATEAM